" Duuuh betapa kering tenggorokan ini..., panas banget ya jeg ?!" Keluh Sulthon sambil menyelonjorkan kedua kakinya.
' yah nikmati aja lah thon, ... bentar lagi ...saat seteguk air boleh melewati kerongkongan ini bakal kita rasakan betapa nikmatnya ..hemmm suegerr ...' sahut Ajeg sambil menyandarkan punggung pada tiang di belakangnya.
Ramadhan tahun ini memang bertepatan dengan musim kemarau yang kering, bahkan masih terasa sampai menjelang sore. Seperti halnya saat ini, suasana gerah masih menemani orang-orang yang sedang beristirahat di serambi masjid seuasai sholat ashar berjama'ah di masjid kampung Tawang. Duduk-duduk sambil bertukar pikiran, sekedar ngobrol atau bahkan tiduran di serambi masjid memang sudah menjadi kebiasaan bagi penduduk di sekitar masjid tersebut, termasuk dua Sohib yang seumuran Sulthon dan Ajeg ini. Terlebih semenjak bulan Ramadhan tiba, aktivitas itu semakin sering mereka lakukan, maklum lingkungan masjid yang sejuk memang merupakan tempat yang sangat nyaman untuk menghabiskan waktu, menahan haus dan lapar selama menjalani puasa." Tak terasa puasa tinggal sebelas hari lagi ya thon ?" kata Ajeg
' Iya ya ..., cepet banget ya perasaan seperti baru kemarin Ramadhan datang eh... sekarang sudah mau pergi lagi, gimana ... tentunya kamu sudah dapat sarung baru ya dari bapakmu ?' Sulthon menyahut.
" Enggak tahu ya, ... kalau melihat kondisi usaha bapakku saat ini, bisa masak ketupat dan menyediakan kue lebaran nanti saja sudah syukur. Kalau kamu pastinya sudah kan Jeg, bapakmu kan pegawai jadi bisa membelikanmu pakaian dan sarung baru dari uang THR nya?!"
' Amiin, mudah - mudahan ya Thon, meskipun dapat tambahan THR tapi bulan kemarin pengeluaran keluargaku banyak sekali untuk membiayai kakakku yang masuk kuliah, jadi ... yah cuma berani berharap aja, ... bapakku kan cuma pegawai rendahan.'
"Hmmm yaah.. sudahlah Jeg syukuri aja, sudah nasib kita kalau orang tua kita nggak kaya !" kata Sulthon sembari membaringkan badannya di lantai keramik yang dingin, matanya menerawang memandangi langit-langit masjid yang putih, mungkin sambil menghitung jumlah noda coklat kehitaman di plafond akibat atap bocor.
( to be continued...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar